Saya Rindu Akan Engkau Azizah (Bagian 1)

Saya rindu akan engkau Azizah! (Bagian 1)
---
"Gelis, sudah jangan engkau lakukan pekerjaan mencuci itu, keriting sudah tangan engkau."
"Saya tidak apa-apa ibu. Biarlah tangan saya sakit, ini tidak ada apa-apanya dengan kehidupan saya yang lebih sakit."
"Apa yang sudah-sudah biarlah berlalu, jangan teruskan dirimu makan ati berlumat jantung seperti ini Gelis."
Gelis yang kini sudah memiliki seorang anak yang masih kecil, hidup sendiri dan tinggal bersama ibunya, sudah yatim sejak kecil. Begitu pula yang terjadi pada ratu kecilnya, sungguh tidak jelas Bapaknya siapa dan ada dimana.
"Azizah, aku rindu nasihat dari engkau wahai Azizah."
---
Petang hari di beberapa tahun lampau, tanah becek di beranda rumah sudah mulai gelap, gelis yang kala itu masih belia masuk ke Rumah bambu orang tuanya. Di depan beranda Rumah, ada gadis kecil yang hitam manis kulitnya hitam rambut panjangnya. Berjalan ia dengan maksud ingin pulang bersama ibunya, nampaknya ibu dan anak ini usai bertamu di Rumah Gelis.
"Hai, Azizah menginap lah engkau disini, temani Gelis tidur."
Gelis Hanya mengintip di balik hordeng biliknya.
"Baiklah Uwak, saya akan bermalam disini."
"Janganlah Gelis engkau bisa merepotkan orang Rumah sini."
"Jangan engkau larang anakmu Ningsih, saya ini sudah lama menjanda, sepi rumah ini dengan hanya kami berdua, lagipula anakmu kan banyak."
Gelis dan Azizah adalah dua gadis kecil yang seumuran, mereka saling mengenal karena bertetangga.
"Azizah, sekolah dasar kita tidak sama, bolehkah bila kita beranjak remaja, saya satu sekolah dengan engkau Azizah?."
"Iya, boleh."
Azizah merupakan gadis dari keluarga sederhana, pikiran gadis kecil ini tidak pernah meminta yang tidak-tidak, besar betul dedikasihnya pada keluarga walau pun masih kecil.
Gelis yang penuh perbedaan dengan Azizah, gadis yang kulitnya putih bening, rambut hitam, cantik bila dipandang, dan merupakan anak dari seorang janda kaya.
Namun begitu mereka tetap berteman, dan bertemu selalu walau kadang masa sesekali memisahkannya.
---
"Gelis, Ibu Mohon, belajarlah dirimu dengan baik, kau ini kan cerdas hanya perlu lebih rajin, sebentar lagi kau akan lulus sekolah dasar."
"Nanti saya akan belajar Ibu."
"Tirulah anak Ibu Ningsih si Azizah itu, dia kan kawanmu apa tidak ada sifatnya yang tertulah pada dirimu walau sebesar kutu?"
Brakk!!!
"Saya lempar buku ini, pada hakikatnya saya benci pada Azizah, anak ibu itu saya bukan Azizah."
---
Beberapa masa berlalu tibanya mereka Ujian untuk melanjutkan sekolah.
"Hai Azizah tengok baik-baik lulus atau tidak engkau!"
"Baik bapak, lihat Pak, nama saya di peringkat 60, maaf bila saya mengecewakan bapak."
"Kamu ini bodohnya keterlaluan, belajarlah yang betul, sungguh bapak tidak melihat nilai atau peringkatmu, kamu lulus pun Bapak senang."
Sambil memeluk putrinya yang manis.
---
"Tengok betul -betul Gelis, lulus atau tidak kah dirimu."
"Sabar ibu, lihat ini saya lulus peringkat 100 dari 2000 orang! Saya senang !"
"Selamat nak, bagaimana kabar Azizah?"
Jari telunjuk kanan Gelis menaiki kertas pengumuman dan..
Terlihat kekecewaan pada wajahnya. Ia merengutkan senyumnya.
"Nilai azizah, di atas nilai saya."

Komentar