JANGAN BIARKAN HATIKU TERBAGI DUA

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha pengasih aku mengawali curahan hatiku melalui tulisan ini.
Aku seseorang yang merasa bahagia, karena Allah berkehendak mengenalkan ku dengan ilmu.
Aku seorang pecinta musik sebelum aku mendengar suatu perkataan dalam majelis yang dimuliakan oleh Allah yakni perkataan:

Bukhari membawakan dalam Bab “Siapa yang menghalalkan khomr dengan selain namanya” sebuah riwayat dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”[7] Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.
Cita-citaku untuk menjadi gitaris hebat pun terkubur sudah, dan aku sangat bahagia Allah azza wa jall menghendakiku untuk mengubur dalam-dalam angan-angan itu, yang tidak pernah akan ia ridhoi, angan-angan yang menjauhi diriku kepada-Nya.
Aku dahulu mencntai musik, dan alat musik ku.
Sudah tertulis dihatiku bahwa inilah yang membuatku diterima di semua khalayak orang. Aku jadi bersahabat oleh orang yang miskin, kaya, laki-laki, perempuan, semua mencintaiku karena aku membawa musik kepada mereka. Aku benar-benar berfikir bahwa ini membawa kebaikan untukku. Tetapi tidak! Tidak semua orang mencintaiku, yaitu orang-orang yang hatinya penuh dengan keimanan, orang yang jiwanya hanif, mereka pasti membenciku, karena apa yang aku lakukan dan apa yang aku banggakan ini sama sekali tidak diridhoi Allah dan Rasul Sallahu alaihi wasallam, bahkan dimurkainya.
Aku pun bertobat, beberapa penjelasan aku cari dari pada ulama, dan guru-guruku untuk memantapkan hatiku, meninggalkan sesuatu yang betul-betul ku cintai pada saat itu.
Alhamdulillah
Allah azza wa Jall membukakan hatiku. jari jemariku pun sembuh dari semua luka gores enam senar itu.
jika engkau (wahai diriku) masih berfikir bahwa ini membawamu pada kebaikan ingatlah apa yang terjadi pada dirimu dimasa itu...
kau larut dalam pergaulan yang penuh hawa nafsu, kau naik dari panggung ke panggung dengan pakaian yang tidak layak d pandang mata lelaki, kau pergi ketempat yang penuh asap dan obat terlarang  itu, kau pergi hingga larut malam karena itu, ku tahu kau merasa jijik, namu kau lupa bahwa orang-orang pelaku maksiat seperti mereka itu mencintai hal yang kau cintai sehingga tidak mungkin bila engkau tidak bertemu dengan mereka.

Diriku ini berusaha bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya.
Tetapi tidak semudah itu kawan.
 aku kini di landa Godaan syaithon yang bertubi-tubi
 seiring waktu, nada-nada yang setiap saat ku mainkan dahulu itu selalu terngiang dalam fikiranku, tiba-tiba lidahku bersenangdung sendiri
Astaghfirullah wa atubu ilaik.

Dahulu aku berjanji pada diriku, aku mencintai musik tetapi aku juga harus mencintai Al-Qur'an, aku pun mengaku sudah mencintai Al-quran.
Tidak, sesungguhnya pada saat itu hatiku tidak bisa menyatukan mereka berdua.
Jangan...
Jangan biarkan hatiku terbagi dua lagi.
aku sudah meninggalkan dirimu
aku sudah meninggalkan nada-nada mu yang memabukkan diriku
Jangan biarkan aku mabuk lagi.
 Ibnul Qayyim Jauziyah Rahimahullah berkata :
“Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi.”
 

Tidak sadarkah bahwa lidah yang sengkau sudah berusaha untuk membiasanya berdzikir pada Allah kini telah tercampur dengan nada-nada yang melalaikan itu?
Tidak takutkan wahai diriku, bila engkau mati dalam keadaan bersyair dengan nada-nada itu?
dalam keadaan mabuk seperti itu?
naudzubillahimindzalik..
seorang penyair Arab berkata:
Jika engkau diberi nikmat, perhatikanlah
Ingatlah bahwasanya maksiat benar-benar menghilangkan nikmat.
Perhatikanlah untuk selalu taat pada Rabb Al Baroyaa
Karena Rabb Al Baroyaa itu amat pedih siksa-Nya.

Benarlah kata Imam Asy Syafi’i:
Aku pernah mengadukan pada Waki’ tentang buruknya hafalaku
Maka ia pun menunjukiku untuk meninggalkan maksiat
Ia mengabarkan padaku bahwa ilmu adalah cahaya
Cahaya Allah tidak mungkin ditujukan pada orang yhang bermaksiat

Bertaubatlah dengan sesungguh-sungguhnya taubat.

aisya sampurno
sleman, 2017

Komentar