KARENA KITA BUKANLAH DILAN DAN MILEA

Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji bagi Allah Rabb semesta ala, kita memuji-Nya, memohon ampun kepada-Nya dari kejahatan diri dan amal kita.
Sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi kita Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, kepada keluarga, sahabatnya dan seterusnya

Kita sering merasa dan mengaku sebagai orang yang mengikuti sunnah Nabi Salallahu alaihi wasallam
namun tidak jarang terlupakan dengan saudaranya karena sibuk mementingkan diri sendiri

kita yang mengaku mengikuti Sunnah Nabi Salallahu alaihi wasallam mengaku cinta pula pada sahabat beliau, mengaku memahami agama dengan pemahaman para Salafussholih

tetapi
ketika kawannya meminta pertolongan tidak dipenuhi dengan sebaik-baiknya
bertemu kawan dijalan kita terlupa mengucap salam dan senyum padanya
atau terkadang...
yang disapa hanyalah para wanita yang berjilbab panjang
bagi yang laki-laki yang dia sapa dan berlaku baik hanyalah pada orang yang kain sarung atau celananya di atas mata kaki

mau memberi salam saja kok lihat-lihat?
memang adakah ajarannya?
jika memberi salam lihat dulu celana (laki-laki) dan jilbabnya (perempuan)
tentu tidak!
kita semua bersaudara seiman tidak ada golongan didalamnya.

ketika tinggal bersama dengan kawan-kawan yang sholehah
ada yang kurang dalam diri ini dan kawan-kawan sekalian
kita kurang rasa persaudaraan
rasa kasih sayang
yang mementingkan saudaranya dibanding diri sendiri
(tentu dalam itsar yang mubah atau sunnah)

ketika tinggal merantau nan jauh disana
berpisah dengan orang tua
kita tidak membuat seakan-akan antara sesama merasakan adanya seorang ibu, adik atau kakak.

padahal mungkin dari kita sudah banyak yang belajar, mengetahui kisah-kisah pada sahabat tetapi lupa bahwa hal yang terpenting adalah mengamalkannya

seperti kisah-kisah berikut

Kisah pertama: Kisah tiga orang sahabat nabi yang terluka ketika Perang Yarmuk

Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi menceritakan, “Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya, maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun berkata, “Berikan air itu kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun). (HR Ibnu Sa’ad dalam ath Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid, namun Ibnu Sa’ad menyebutkan Iyas bin Abi Rabi’ah sebagai ganti Suhail bin Amr)

Kedua: Kisah sahabat Nabi yang kedatangan tamu

Ada salah seorang sahabat yang kedatangan seorang tamu, kemudian sahabat tersebut bertanya kepada istrinya, “Apakah kamu memiliki sesuatu untuk menjamu tamu. Istrinya pun menjawab, “Tidak ada, hanya makanan yang cukup untuk anak-anak kita”. Lalu sahabat tersebut berkata, “Sibukkanlah anak-anak kita dengan sesuatu (ajak main), kalau mereka ingin makan malam, ajak mereka tidur. Dan apabila tamu kita masuk (ke ruang makan), maka padamkanlah lampu. Dan tunjukkan kepadanya bahwa kita sedang makan bersamanya. Mereka duduk bersama, tamu tersebut makan, sedangkan mereka tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua (sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memberitakan (pujian Allah Ta’ala terhadap mereka berdua), “Sungguh Allah merasa heran/kagum dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian). maka Allah menurunkan ayat (QS. Al Hasyr ayat 9)(HR Bukhari dan Muslim)

Ketiga: Kisah sahabat Nabi yang diberi hadiah

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/259)


Sumber: https://muslim.or.id/10257-itsar-mendahulukan-saudaranya-dari-diri-sendiri-2.html 


karena aku bukan milea dan kamu bukan dilan

lohhh ini kan cewek cowok
haha iya

semoga diriku dan antunna sekalian bukanlah orang yang terlena di masa remajanya yang kasih sayangnya hanya untuk pacarnya dan melupakan sahabat sahabatnya

masih haram loh
kalau yang yang halal mah beda lagi ya wkwk

semoga kita selalu istiqomah di jalan-Nya menyayangi saudara sebagaimana sayangnya Rasulullah kepada para sahabat dan para sahabat kepada sahabat yang lain

Komentar